Kemandirian Seorang Sapto di atas Kursi Roda
Jogja - "Walau keadaan saya seperti ini, saya tidak mau dikasiani sama orang lain, saya ingin hidup mandiri, dan tidak memebebani kedua orangtua saya." Hal itulah yang terucap dari bibir Sapto (42), loper koran di sekitar jalan Kapas. Bersama kursi rodanya, Sapto menelusuri jalan Kapas hingga jalan Kenari. Ia mulai menjajahkan koran. Inilah kegiatan rutin Sapto tiap harinya. Tak peduli dengan kendaraan-kendaraan yang sewaktu-waktu dapat membahayakan nyawanya.
Dalam sehari, Sapto memperoleh penghasilan kurang lebih Rp 10.000 dari hasil jualan korannya. "Uangnya biasa saya pakai untuk beli rokok mbak, untuk mengalihkan rasa sakit kaki saya. Tiap malam kaki saya nyeri terus, gak tahan saya mbak," ujar Sapto.
Sejak umur 14 tahun Sapto sudah mulai menggunakan kursi roda. Kakinya mengecil akibat tertimpa bahan bangunan. Karena kondisi ekonomi keluarga Sapto yang tidak memungkinkan untuk membawa Sapto berobat ke Rumah Sakit, akhirnya Sapto hanya dibawa ke tukang pijat. "Awalnya tidak apa-apa mbak, tapi lama-lama kaki saya jadi lemah dan akhirnya mengecil. Semenjak itu saya tidak dapat berdiri lagi."
Namun kekurangan dalam dirinya tak membuat pria asli Jogja ini pantang menyerah. Dia rela mengerjakan apapun demi membahagiakan orangtuanya karena hanya orangtuanya yang ia miliki saat ini. "Sudah cukup saya merepotkan orangtua saya, terutama ibu saya. Beliau yang selalu menyiapkan keperluan-keperluan saya, beliau juga yang mencuci baju saya. Saya gak bisa bayangin kalau suatu saat nanti ibu saya dipanggil sama yang di Atas terlebih dahulu. Apa jadinya saya nanti? Makanya saya punya tekad bahwa saya harus bisa hidup mandiri," ucap Sapto mengakhiri perbincangan dengan mata berkaca-kaca menahan haru. (Desti)
Dalam sehari, Sapto memperoleh penghasilan kurang lebih Rp 10.000 dari hasil jualan korannya. "Uangnya biasa saya pakai untuk beli rokok mbak, untuk mengalihkan rasa sakit kaki saya. Tiap malam kaki saya nyeri terus, gak tahan saya mbak," ujar Sapto.
Sejak umur 14 tahun Sapto sudah mulai menggunakan kursi roda. Kakinya mengecil akibat tertimpa bahan bangunan. Karena kondisi ekonomi keluarga Sapto yang tidak memungkinkan untuk membawa Sapto berobat ke Rumah Sakit, akhirnya Sapto hanya dibawa ke tukang pijat. "Awalnya tidak apa-apa mbak, tapi lama-lama kaki saya jadi lemah dan akhirnya mengecil. Semenjak itu saya tidak dapat berdiri lagi."
Namun kekurangan dalam dirinya tak membuat pria asli Jogja ini pantang menyerah. Dia rela mengerjakan apapun demi membahagiakan orangtuanya karena hanya orangtuanya yang ia miliki saat ini. "Sudah cukup saya merepotkan orangtua saya, terutama ibu saya. Beliau yang selalu menyiapkan keperluan-keperluan saya, beliau juga yang mencuci baju saya. Saya gak bisa bayangin kalau suatu saat nanti ibu saya dipanggil sama yang di Atas terlebih dahulu. Apa jadinya saya nanti? Makanya saya punya tekad bahwa saya harus bisa hidup mandiri," ucap Sapto mengakhiri perbincangan dengan mata berkaca-kaca menahan haru. (Desti)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar