Begitulah kira-kira penggambaran yang pas dari penggalan lirik lagu “God is a DJ” yang dilantunkan oleh Pink. Atmosfer Euforia lantai dansa Hugo’s Cafe Jogja tercipta berkat tangan-tangan lentik nan lihai memainkan turntable dan midi controller.
Ditemui di gerai foodcourt Tamansari Ambarukmo Plaza, DJ Vanessa a.k.a Vani (Panggilan akrabnya) mengenakan dress dengan warna colourfull. Penampilannya begitu segar sore hari itu ditambah lagi dengan parasnya yang cantik dan seksi. Tidak perlu banyak basa-basi, FLOPPYNEWS sudah langsung akrab dengan Vani karena dia sangat ramah dan supel. Sambil menyantap Coto Makassar ala Tamansari, Vani dengan sabar dan telaten melayani
berondongan pertanyaan dari FLOPPYNEWS.
Anda telah mengeluarkan album kompilasi DJ, Bagaimana perasaan Anda?So excited! Saya dari bukan siapa-siapa menjadi “seseorang”. Yah…lebih tepatnya seorang gadis yang produktif. Rasanya seperti bermetamorfosa dari kepompong menjadi kupu-kupu. Saya tidak cepat puas dan tidak akan berhenti sampai disini. Pastinya saya akan terus berkarya di bidang musik.
Well, ada rasa “pump it the beat” layaknya DJ Armin Van Buren ketika saya mendengarkan lagu-lagu di Album Anda?
Well, haha (DJ Vanessa tertawa lepas) anda tepat sekali!!! He is my inspiration on my life. Kiblat bermusik saya salah satunya dipengaruhi oleh musisi sekelas Aemin Van Buren. Selain itu juga Sunlonger, Borish Rush, Fragma, Tocca’s Miracle, dan tentunya Electric Barbella’s.
So..Anda lebih ke progressive Beat?Yeah…saya tidak terlalu interest dengan drum n bass, tribal, atau pop. I like progressive !!
Bagaimana proses metamorfosa Anda dari kepompong menjadi kupu-kupu indah di lantai dansa?(Sambil tersenyum) Tentunya melalui proses panjang. Tidak instant, saya menjalaninya hampir dalam kurun waktu 5 tahun. Awalnya SMP, saya coba-coba “nakal” menjajal dan berpetualang dari satu club malam ke club malam yang lain. Yah..namanya anak SMP lagi senang-senangnya mencoba hal baru. Menginjak SMA, saya berada di suatu titik jenuh. Jenuh akan keadaan. Saya mulai merefleksikan pikiran dan batin. Sehingga timbul pemikiran “Arghh saya bosan hanya menjadi sekedar penikmat pesta pora tengah malam, Saya ingin sesuatu yang berbeda”. Saya pun merambah ke dunia dancer dan tergabung dalam Tinkerbell Dancer.
Anda sepertinya begitu menikmatinya?Tentu saja. Saya jadi tahu betul suka dukanya menjadi sexy dancer dan saya menjadi tahu betul seluk beluk dancer di dunia malam. Saya tidak munafik, tapi saya mencoba untuk berjalan pada koridor yang benar.
Lalu bagaimana akhirnya Anda memutuskan menjadi seorang DJ seperti sekarang?Lagi-lagi itu proses. Kita harus menghargai proses. Itu bermula saat saya ngedance di Hugo’s Pekanbaru, tahu-tahu saya ditawari untuk menjadi DJ oleh general manager Hugo’s Jogja…Pak Budi.
Apa Anda khawatir ketika menerima tawaran itu?Well Yeah! Dan saya ketakutan setengah mati karenanya. Swear, seumur-umur saya belum pernah pegang turntable apalagi memainkannya. Tapi saya dibuat berpikir tentang (berhenti sejenak)…stereotipe buruk tentang DJ cewek.
Stereotipe buruk DJ cewek, maksud Anda?Oh man, DJ Cewek dianggap sekedar jual body doank tapi kemampuan musikalitasnya buruk dan satu lagi….yang paling saya benci. Masyarakat masih beranggapan kalo DJ cewek bisa dibayar untuk kencan. I Hated it!!! Saya ingin membuktikan kalo itu semua tidak benar.
Well, Anda sepertinya sudah berhasil memupuskan anggapan buruk itu?Ya..perlahan tapi pasti saya bisa membuktikan kalo kemampuan musikalitas DJ cewek tidak kalah dengan DJ Cowok.
Buktinya, dengan Anda mengeluarkan Album bukan?Well, Yeahh, haha. “Sekalian promosi nich”, celetuk Vani. Saya dan partner saya tepatnya.
Jadi Anda tidak sendiri?
Of Course, saya nge-DJ bareng sahabat karib saya. Dia juga kuliah di UPN “V” Jogja tapi jurusan HI. Kita tergabung dalam Dirty Duo.
Pernah manggung di mana saja dengan Dirty Duo?Banyak, di Hugo’s Cafe Jogja, Makassar, Pekanbaru, Surabaya, dll
Pengalaman manggung yang paling berkesan menurut Anda?Ketika manggung di acara New Year Eve Party di sebuah pantai di NTT, Saya ditawar 102 juta oleh om-om untuk kencan semalam.
Anda terima?
Tentu saja….TIDAK!!!!
Anda tidak khawatir bernasib sama seperti “Electric Barbellas”?
So far…NO! Hidup itu bagai rantai dengan gir. Suatu saat akan terputus dan terpisah. Well, jika pada akhirnya Dirty Duo bubar bukan karena perbedaan idealis genre musik kami. Karena bagi kami perbedaan itu indah dan dapat dipersatukan.
Bagaimana Anda membagi waktu antara kuliah dengan nge-DJ?
Keep it simple..itu kuncinya. Awalnya, kuliah semester 1 hancur! Semester 1 saya sering bolos dan ujung-ujungnya karena birokrasi kampus yang “otoriter” saya tidak diijinkan mengikuti ujian. Alhasil, nilai saya banyak yang blong. Tetapi sekarang saya sudah bisa mengatasinya.
Termasuk mengatasi masalah keuangan?
Hahahaha…of course. Uang hasil jerih payah saya nge-DJ saya pakai buat bayar kuliah selain sewa kost dan memenuhi kebutuhan sehari-hari. So, selain jadi mahasiswa yang tugasnya menuntut ilmu saya bekerja mencari sesuap nasi.
Berarti Anda sudah mandiri secara finansial?
Haha…belum juga. Kadang-kadang kalo kepepet saya juga menerima uluran tangan dari orang tua. Uang ibu…uang kita juga kan!
Apakah Anda minum-minuman beralkohol sebelum nge-DJ?
Saya tidak munafik…YA! Tapi tidak sampai Hang Over. Hanya 1-2 gelas Jack D Coke untuk menghangatkan badan dan menambah gairah.
Anda lebih menyukai menjadi seorang dancer atau menjadi seorang DJ?
Well, Life is Choice! Saya konsisten menjadi Dj.
Dosen favorit Anda di UPN?
Pak Isbandi. He is my Fave Lecture. Enak dilobi…dan selalu pengertian dalam hal absensi. Saya selalu bisa ikut ujian untuk mata kuliahnya.
OK, terakhir apa harapan Anda?
Saya ingin DJ-DJ Cewek di Indonesia terus berkarya dan menunjukkan eksistensinya. Sehingga tidak dipandang sebelah mata.
Semoga keinginan anda menjadi kenyataan. (BERTHA)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar